Rabu, 30 Maret 2011

Belum Malu, atau Tak Punya Malu ?

Kamu masih merasa kurang ? Bukankah uang slalu mengalir lancar ke kantongmu meski kamu hanya tidur di saat sidang berlangsung ? Fasilitas yang berlebih kamu anggap apa selama ini ? Sekarang justru uang kami kamu pakai untuk membangun gedung 36 lantai dengan segudang fasilitas...

Kamu masih merasa kurang ? Masih pantaskah kamu kami banggakan ? Tak malukah kamu berlebel " wakil " kami meski kamu sebenarnya menusuk kami dari belakang ?

Kamu masih merasa kurang ? Lihat saudara - saudara kami.. Di bawah kolong jembatan mereka bernafas. Rumah kardus yang sebenarnya tak dapat melindungi mereka dari panas dan hujanlah yang selalu menemani hari - hari mereka. Tak pasti mereka dapat makan dalam sehari. Karena tak setiap hari mereka mendapatkan uang. Padahal mereka justru bekerja keras, bukan hanya tidur di ruang ber-AC..

Masih ingin membangun gedung ????

Senin, 28 Maret 2011

Dari orang tersayang...



Dari Tita, waktu aku ulang tahun yang ke 14, tahun kemaren...
makasih ya Ta..



Dari Om Jaka, oleh - oleh dari Jepang
Yang biru punyaku, yang pink punya mbak Lita
Arigato gozaimasu...

Aku dan Kamu, bukan Kita

Aku tak pernah tahu di mana dan bagaimana duniamu. Begitu pula sebaliknya, bahkan lebih buruk. Kamu tak pernah tahu siapa aku. Aku yang telah lama mengagumimu. Terkadang aku berfikir bahwa aku salah telah membencimu dan mencoba melupakan dirimu. Tapi, kurasa itu hal terbaik yang dapat kulakukan. 
Akhir semester dua, kelas tahun lalu, aku memang mulai simpatik padamu. Rasa simpatik itupun semakin menggebu terlebih setelah acara camping akhir tahun kemarin. Kukira itu hanyalah rasa simpatik sementara yang akan segera hilang setelah aku dan kamu tak sering lagi bertemu. Namun aku salah besar. Rasa simpatik itu justru tak terhapuskan hingga tahun tlah berganti. 
Berkali - kali aku mencoba membenci dan melupakanmu, tapi aku selalu saja gagal. Banyak alasan yang kucari agar aku dapat membenci dan melupakanmu. Perlahan tapi pasti, aku mulai mampu membenci dan melupakanmu. Meski saat ini belum seluruhnya aku membenci dan melupakanmu.
Aku yakin aku dapat membenci dan melupakanmu dalam kurun waktu tiga / empat bulan mendatang. Karena sebentar lagi kamu akan pergi meninggalkan tempat di mana rasa simpatik itu pernah timbul. Dan itu artinya, aku akan jarang melihatmu atau bahkan tak akan pernah lagi melihatmu . . .
Terimakasih untuk rasa simpatik yang kau buat hampir setahun belakangan ini . . .

Sabtu, 26 Maret 2011

"Bung Karno! Kau dan Aku Satu Zat..."



Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin djandji
Aku sudah tjukup lama dengar bitjaramu
dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu
Dari mulai tgl 17 Agustus 1945
Aku melangkah kedepan berada rapat disisimu
Aku sekarang api, aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat, satu urat
Di zatmu, di zatku, kapal2 kita berlajar
Di uratmu, di uratku, kapal2 kita bertolak & berlabuh 

Kutipan di atas adalah puisi karya penyair Chairil Anwar (1922-1949) berjudul Perdjandjian Dengan Bung Karno yang ditulis tahun 1948. Naskah asli tulisan tangan sang penyair itu masih tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. 
Dalam versi aslinya itu, kata ”lama” pada baris kedua tertulis mencuat dan terjepit di antara kata ”tjukup” dan ”dengar”. ”Aku sudah cukup ”lama” dengar bitjaramu....” Di bawah kata itu terdapat contrengan. Ada kesan kata ”lama” sempat lupa tercantumkan. Tentu ini hanyalah penafsiran atas teks asli. Yang jelas, begitulah naskah asli puisi disimpan dan bisa kita nikmati sebagai dinamika zaman perjuangan yang terekam lewat puisi, yang oleh HB Jassin kemudian digolongkan sebagai Angkatan ’45.
Gelegak revolusi itu terekam benar lewat tulisan tangan Chairil. Dan di sanalah, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, gelegak ”api” dan ”laut” Chairil itu tersimpan. Sungguh memprihatinkan dokumentasi semangat zaman itu dalam kondisi merana terbengkalai sekarang.
Sesudah Chairil Anwar meninggal tahun 1949, karyanya menjadi rebutan para penerbit. Namun, Chairil sudah mengumpulkan sendiri karya-karya sajaknya dan diserahkan kepada PDS HB Jassin. 

Surat cinta Motinggo
PDS HB Jassin tidak sekadar menjadi ”gudang” karya sastra, tetapi juga dinamika kehidupan para pelaku sastra dari zaman ke zaman. Jassin memang rajin mengumpulkan tulisan tangan, catatan kecil dan surat-surat yang ditulis para penulis. Surat pernyataan Motinggo Boesje yang asli dengan judul ”Saya Menolak Hadiah Sastra 1962” masih tersimpan di PDS HB Jassin.
Surat pernyataan yang ditulis bulan Januari 1953 itu berisi penolakan Motinggo atas hadiah sastra yang diberikan untuk cerita pendeknya. Menurut dia, ukuran keberhasilan karya sastra tidak dapat diukur dari penghargaan-penghargaan yang diperoleh.
Kisah hidup penulis flamboyan ini juga terungkap dari catatan-catatan kecil yang dikirimkan Mas Mot (panggilan untuk Motinggo Boesje) kepada beberapa perempuan. Dalam catatan itu, Mas Mot menulis puisi cinta lengkap dengan lukisan sketsa ketika sedang rindu, menyesal, atau kangen kepada sang kekasih.
Mari kita baca puisi Motinggo Boesje yang juga ditulis tangan, lengkap dengan ilustrasi bunga-bunga. Kita kutip bait pertama dan terakhir dari puisi karya novelis, cerpenis, dan sutradara itu. Di bawah puisi itu tertera angka tahun 1988.
”Inilah buah indah rasa bersalah/Penyesalan ibarat memindah dua gunung/Masih saja membayang tangismu pagi itu/Air matamu membasuh hati yang berdebu...”
”Sudahlah. Kesekian kali kumohon maafmu/Matamu bagaikan malam dengan dua lampu.”
Jassin menyimpan naskah-naskah yang dikirimkan para pengarang ini dengan takzim, seolah itu amanat yang tidak bisa diabaikan. Sungguh ironis jika kemudian kita membiarkannya tanpa arti, bahkan menganggapnya sebagai coretan berdebu tak bermakna. Dan pengelola PDS HB Jassin, Endo Senggono, mengaku belum semua naskah asli itu disimpan dalam bentuk digital. ”Belum. Masih dalam map begitu saja,” katanya.
Tidak hanya karya sastra. Jassin juga menyimpan dokumen, seperti undangan perkawinan Motinggo dengan Lashmi Bachtiar pada 2 September 1962. Pada keterangan ”Djam” dan tempat tertulis: ”Djam 12.00 s/d 15.00 siang di Djalan Salemba Tengah II No 7 Djakarta”. Nama Motinggo dalam undangan tertulis sebagai Bustami Djalid. Di belakang nama itu tercantum nama senimannya, Motinggo Busje (ejaan sesuai dengan aslinya).
HB Jassin tidak hanya menyimpan, tetapi juga mencatat dengan sangat detail peristiwa berkait dengan sastra dan para pelakunya. Kita tengok bagaimana sepotong kehidupan Pramudya Ananta Toer tercatat dalam buku harian.
Pada hari Kamis 1 Maret 1954, misalnya, HB Jassin menulis, kunjungan Pramudya Ananta Toer pada pukul 19.30-20.15 di rumah Jassin. Pramudya yang baru pulang dari Blora, Jawa Tengah, ini membawa naskah cerita perjalanan. Dari catatan harian itu tergambar dinamika kehidupan penulis Pramudya atau Pram pada masa lalu. Ceritanya, Pram sedang butuh uang segera. Ia sudah memasukkan tulisan perjalanan ke majalah Mimbar, tetapi majalah itu tidak bisa segera membayar honornya. Tulisan Pram itu dirasa Jassin cocok untuk majalah Zenith, tetapi majalah ini sering terlambat terbit.
Setidaknya kita bisa merekonstruksi, betapa pilihan hidup sebagai pengarang seperti Pram penuh dengan kenyataan pahit. Sesungguhnya celaka jika nasib dokumentasi mereka pun kini kita abaikan.

Merana
Dokumen kebudayaan itu tersimpan di antara buku-buku sastra, prosa dan puisi, naskah drama, catatan biografi, tulisan tangan, dan surat-menyurat sastrawan besar di Tanah Air. Sebagian dokumen tersimpan di rak yang berderet memenuhi ruangan, sebagian lagi dibiarkan menumpuk begitu saja.
Tumpukan koran dan majalah tua berjubel di sela-sela rak buku yang sudah tidak muat lagi menyimpan tambahan koleksi. Kondisinya berdebu. Kertasnya sudah lapuk dan berwarna kuning kecoklatan. Benda-benda itu seperti benda bekas yang sudah usang. Sementara di dalamnya tersimpan jejak sejarah yang mencerminkan cara berpikir intelektual kita pada masa lalu.
Di antara tumpukan tadi masih bisa ditemukan majalah yang terbit di Indonesia pada awal Perang Dunia II (tahun 1940), seperti Pujangga Baru dan Panji Pustaka. Ada juga majalah Jawa Baru dan Kebudayaan Timur yang terbit di Indonesia pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Koleksi lain yang lebih tua, seperti Kumpulan Sastra Melayu Tionghoa terbitan tahun 1900-1940, tersimpan di dalam sebuah lemari kaca.
Dengan ribuan buku, suasana pusat budaya itu sangat pengap. ”Sudah biasa kalau pengatur suhu udara di sini dimatikan. Dulu ketika pertama kali pusat dokumentasi ini resmi didirikan tahun 1977, enam bulan kemudian kami tidak mampu membayar listrik sehingga AC harus dimatikan total,” kata Harkrisyati Kamil atau Yati, yang pernah menjadi Kepala Dokumentasi PDS HB periode 1979-1983 mengenang.
Agar suhu di ruang dokumentasi tidak panas, Yati dan teman-temannya selalu membuka jendela lebar-lebar, lalu menyalakan kipas angin. ”Untungnya, waktu gedung itu dibangun, saya minta Pemerintah DKI Jakarta membuatkan jendela-jendela berukuran besar,” tutur Yati. Menurut Yati, gedung PDS HB Jassin yang dibangun pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta itu awalnya dirancang tanpa jendela.

Dirintis
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dirintis oleh penulis, penyunting, dan kritikus sastra almarhum Hans Bague (HB) Jassin. Penulis kelahiran Gorontalo, 13 Juli 1917, ini mengumpulkan dokumentasi sejak tahun 1930. Pada waktu ia masih berusia 13 tahun, HB Jassin gemar menyimpan buku-buku harian, buku-buku sekolah, karangan-karangan yang pernah ditulis di kelas, hingga surat dan foto pribadinya.
Kini pusat dokumentasi itu menyimpan 16.316 judul buku fiksi, 11.990 judul buku nonfiksi, 457 judul buku referensi, 772 judul buku/naskah drama, 750 map berisi biografi pengarang, 15.552 map kliping dari berbagai sumber, 610 lembar foto pengarang, 571 judul makalah, 630 judul skripsi dan disertasi, serta 732 kaset rekaman suara dan 15 kaset rekaman video dari para sastrawan Indonesia. Jumlahnya terus bertambah karena pengelola selalu memperbanyak koleksi. Boleh dibilang, PDS HB Jassin adalah pusat dokumentasi sastra modern Indonesia terlengkap. Bahkan, ada yang menyebutnya terlengkap di dunia, tetapi kenapa nasibnya begitu mengenaskan?
(Lusiana Indriasari/Luki Aulia/Putu Fajar Arcana/Frans Sartono)

sumber : kompas.com

Antara Roy Suryo dan Lion Air

di twitter kok pada bicarain Roy Suryo sih ?! Emangnya kenapa ???
mau tahu ?? baca artikelnya di link - link ini . . .






http://www.detiknews.com/read/2011/03/26/193420/1601979/10/lion-air-harus-perbaiki-sistem-check-in-penumpang?9911012

Terimakasih Pak Menteri . . .

Hari ini ada peresmian program "e-education" atau pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di DIY, di sekolahku, SMPN 1 Bantul. Banyak orang 'penting' yang datang. Mulai dari Bapak Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Pak Tifatul Sembiring, selaku Menkominfo RI, hingga Kohara dari Japan International Cooperation Agency (JICA), lembaga yang mendanai program tersebut.
Acaranya bener - bener mewah dan meriah. Banyak bakat siswa - siswi SMPN 1 Bantul yang disuguhkan untuk para tamu. Mulai dari modelling, vocal group, melukis, menari, membatik, dan masih banyak lagi. Tugasku adalah mendemonstrasikan di depan para tamu, termasuk Pak Tifatul, program yang baru saja diresmikan tersebut bersama 19 teman lainnya. Walaupun Pak Tifatul tadi ga sempet ngajak aku ngobrol, tapi aku seneng banget. Waktu aku nunggu jemputan bareng Ciput sama Erisa, mobil hitam mengkilat ber-plat RI 43 berjalan pelan dan tiba - tiba terbukalah jendela tengah mobil tersebut. Tersenyumlah sesosok ramah dengan lambaian tangannya. " Terimakasih atas senyumannya, Pak Menteri Komunikasi dan Informatika.. "

Kamis, 24 Maret 2011

Ali Syakieb

Ali Syakieb ? Oh itu kakak ane..
cakepnya sama kayak ane...
wkwkwkwkwkwk...

hanya mengagumi ketampanannya,
bukan mengidolakan....
karena idola saya hanya satu,
NABI MUHAMMAD SAW ...













Rabu, 23 Maret 2011

RINDU BERSATU

ada satu yang hilang dari negeriku
tak seperti dahulu saling bersatu

ada yang tlah berubah dari bangsaku
hilangnya kasih sayang itu menyakitkanku

(*)
percuma ada cinta
kalau 'tuk bertengkar terus
percuma ada rindu
kalau tak saling bersatu

jangan takut menjadi Indonesia
teruslah maju negeriku
teruslah bertahan bangsaku
dan tetap indah seperti dulu


ada satu yang hilang dari negeriku
tak seperti dahulu saling bersatu

ada yang tlah berubah dari bangsaku
hilangnya kasih sayang itu menyakitkanku

Back to (*) (3X)

kebersamaan

kunikmati kebebasan ini,,
kurasakan kebersamaan,
kuhirup dalam - dalam harumnya duniaku...

nananinanidum.....!!!!

Kamis, 17 Maret 2011

cerita malam jum'at kliwon

kunang - kunang penuh cahaya
berterbangan tak beraturan
saling bertubrukan
saling berkejaran
kunang - kunang mungil berlarian ke sana kemari
hingga akhirnya,
mahkota sang putri lepas
dan masalah lain timbul silih berganti
(8A-tanpa faqih zakky)

.............................................................

bunga matahari bergerombol
masuk ke sebuah lubang penuh kesejukan
bersama,
penuh canda,
penuh tawa..
maju, maju, dan maju lagi...
perlahan,
penuh ketenangan
hingga akhirnya tak ada tempat
untuk bunga matahari yang lain..
(tsania, neila, ipech, adin, prima, ruri, ema, ulfah, dewi, putri, elida, riza, faqih-7A)

..............................................................

pintu terkunci kursi,
lampu mati,
tak ada suara,
dan para kurcaci berlindung di kolong meja
sssssssstttttttt....!!!!
sssssssstttttttt....!!!!
tok,, tok,, tok,,
hihihihi...hihihihi...
dan tiba - tiba...
semua muncul dari kolong meja
menghidupkan lampu,
duduk dengan tenang,
dan mengumbar senyum kepada pak tua berkacamata..
(elida, sisca, putri, erisa, tifa, ema, ulfah, ruri, prima, arinta, dewi, dida, afifah, amel, fia, lupex, nabil, attar)

................................................................

perpus, musholla, kelas,,,,,,,,,,

................................................................

anda bingung, tanyakan pada rumput yang bergoyang,,, =^_^=




oleh Riza Nurlailla pada 17 Maret 2011 jam 18:38 on facebook

Selasa, 15 Maret 2011

tak kenal, maka mencoba tuk kenal

Badanku terasa lelah setelah melaksanakan pentas musik siang ini. Kepalaku pening dan rasanya aku ingin terus berada di ranjangku dengan selimut dan gulingku. Mentari yang tanpa malu - malu menampakkan diri menyengat tubuhku yang kian tak berdaya ini. Kakiku mulai tak sanggup untuk mengayuh sepeda lebih cepat lagi.
Lamunanku yang sedari tadi buyar ketika seorang anak perempuan kecil memanggilku, " Mbak.. ". Namun betapa bodohnya aku yang tak menghiraukan sapaannya dan justru mengayuh sepedaku lebih cepat. Aku tak berfikir panjang ketika aku tak menjawab sapaannya meski aku tak pernah mengenalnya. Aku yakin, anak itu pasti sedikit kecewa atas apa yang dia dapatkan dariku.
Jalan sempit becek yang mempersulit laju sepedaku membuatku untuk lebih berkonsentrasi mengemudikan sepedaku. Kulihat dari kejauhan dua orang anak kecil, laki - laki dan perempuan, duduk bersama sambil melamun. Keadaan itu membuatku mengenang masa - masa kecilku bersama Fadhil, adikku. Saat tepat lewat di depan mereka, aku berusaha mencuri kesempatan untuk melihat mereka dari arah dekat. Tiba - tiba salah seorang dari mereka, si anak perempuan, melihat pianika di keranjang sepedaku, lalu dia berkata, " Mbak niku pianika nggih ? " (Mbak itu pianika ya ?). Reflek aku menjawab sambil tersenyum, " Nggih.. " (Iya).
Setelah kejadian kedua tersebut, aku baru menyadari bahwa menyapa itu penting meski kita tak mengenal orang yang kita sapa tersebut.
terimakasih adik - adik kecil,,, kalian telah membuatku tersenyum hari ini . . .  :)



Senin, 14 Maret 2011

basket,,,

SPESABA...
sukses buat basketnya ya...
berjuang, berjuang, berjuang...
siapapun lawanmu,
seberapa kuatnya dia,
kamu pasti bisa menang...
GO SPESABA.... =^_^=


trio kwek - kwek

aku Riza Nurlailla, hobi membaca dan menulis
cukup narsis dan agak gila
ini Febraneila Primadina Kusuma
endut, lucu, dan cukup bijaksana
dan yang ini Tsania Rosyda Rahmani
PD tinggi, kreatif, dan lumayan cantik
mereka adalah teman, sahabat, sekaligus musuhku (hah ???? maksud lo ???)

trio kwek - kwek in action......




duniaku,,,,

aku suka disaat aku dapat tersenyum bersama teman - temanku,,
bereksperimen, bernyanyi bersama, bercanda, dan saling menghargai...
aku sayang kalian....

chord,,,

CDEF...=^_^=

Minggu, 13 Maret 2011

sebuah catatan gadis gila

Kau datang,
Tanpa sedikitpun tawarkan hatimu
Tak pedulikanku dan semua kehidupanku

Aku ingin menahanmu di sini,
Meski pahit harus kutelan
namun sungguh aku ingin terus melihat senyummu
melihat kau bercanda dengan teman –temanmu

                Suatu pagi, seorang gadis berkaca di cermin. Tiba –tiba dia menjerit. “ Oh tidak ! “, katanya seraya meraba muka. Dia kebingungan, berlarian ke sana kemari. Dan akhirnya dia berhenti dan tersenyum, “ Nah ini dia ! “. Gadis itu bergegas masuk kamar mandi dan beberapa saat keluar dengan muka yang penuh dengan krim.
                Keesokan paginya gadis itu bangun lebih awal dari hari biasanya. Dia ingin segera sampai di sekolah. Sesampainya di sekolah gadis itu mematung di depan kelas. Menatap ke atas dan seolah mencari – cari sesuatu. Seketika gadis itu tersenyum sendiri dan melonjak – lonjak girang. Dia tak mempedulikan dua orang di dekatnya yang menatap tajam ke arahnya. Gadis itu tampak seperti orang gila. Ya ! Gadis itu memang GILA !!!



oleh Riza Nurlailla pada 11 Maret 2011 jam 20:43 on facebook

episode bulan Maret (part 2)

baru saja berakhir
hujan di sore ini
menyisakan keajaiban
kilauan indahnya pelangi


tak pernah terlewatkan
dan tetap mengaguminya
kesempatan seperti ini
tak akan bisa dibeli


bersamamu kuhabiskan waktu
senang bisa mengenal dirimu
rasanya semuanya begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya

,,,, kita melangkah pasti hari ini !!

kuputar semuanya bersama kalian
menantang matahari,
melawan badai dan aral

saat sang bintang mulai tampak
semua sakit hilang
semua amarah hilang
yang ada hanyalah sebuah kepuasan

tertawa,
berlarian,
bercanda,,
semua ada di genggaman kita

lihat...!!
itu pelangi yang kita buat hari ini
masih tergores peluhmu,
masih terukir jelas senyum manismu,
candamu,
teriakan suaramu...

,,,,,,,kutulis dengan penuh kepolosan =^_^=


oleh Riza Nurlailla pada 05 Maret 2011 jam 16:30 on facebook

episode bulan Maret (part 1)

kita berjalan tanpa kata yang terucap
menahan sakit yang terus melebur jiwa raga
menunduk dengan penuh harapan besar di pundak
teriakan semangat seolah cahaya surga yang datang pada dunia yang penuh kedustaan

kecewa, marah, lelah,,
semua terkurung dalam diri kita
mengalir dari atas ke bawah
mlompat-lompat melalui sel-sel tubuh

lepaskan !!!
lenyapkan !!!
kubur dalam-dalam !!!
kecewa tak akan membuat kita menjadi pemenang
marah tak akan membuat kita menjadi yang terhormat
lelah tak akan membuat kita menjadi yang dikasihi

inilah jalan kita, 
jalan berbatu tajam
inilah jalan kita,
jalan penuh kepahitan
inilah jalan kita,
jalan yang akan berujung pada senyum dan tawa....
jalan perjuangan,,


oleh Riza Nurlailla pada 02 Maret 2011 jam 21:10 on facebook

Sabtu, 12 Maret 2011

TAHUN BARU, JOGJA BANGET

               Inilah tahun baru 2011. Jalan Paris yang selalu gemerlap dengan lampu mobil dan motor yang berdesakan seolah melengkapi tahun baru kali ini. Padat merayap. Tapi terlihat seru dan menyenangkan. Semakin ke arah utara semakin ramai dengan sejuta kembang api yang silih berganti bersuara di sana sini. Di pinggir jalan Pak Tua menjajakan kembang api maupun terompet. Lamanya ia menunggu pembeli tak terbalaskan akibat banyak orang tak lagi melirik dagangan mereka. Ia hanya merenung melihat segerombolan anak muda tertawa lepas tanpa beban. Pak Tua hanya terus berdiri tegak sesekali mendekati para pengguna jalan untuk menawarkan dagangannya. Wajahnya yang mulai keriput terlihat penuh beban. Keringat yang terus mengucur hingga membasahi bajunya, menggambarkan betapa kerasnya hidup Pak Tua malam ini.
                Ramainya Jalan Wonosari tak kalah dengan Jalan Paris. Anak muda yang mulai tak karuan menaiki motor membuat jalan semakin riuh. Terlebih lampu di perempatan yang rusak membuat kesalah pahaman antar pengguna jalan. Nyaris seorang pemuda nekat tertabrak mobil. Nampaknya itu tak dijadikan pelajaran untuk pengguna jalan yang lain. Mereka masih saja ngebut tanpa memperdulikan bahaya yang ada di depan mata. Entah mengapa harus saling mengebut padahal jika mau pelan-pelan juga akan sampai di tempat tujuan dan jauh lebih aman. Mungkin mereka memang tak ingin melewatkan malam tahun baru yang sudah lama mereka rencanakan. Namun tidak harus menaruhkan nyawa, bukan?!
                Pukul setengah sebelas, jalan-jalan di Jogja semakin sesak saja. Jembatan Sayidan penuh dengan orang yang menunggu pergantian tahun. Ada yang sibuk berduaan dengan sang pacar, ada yang saling bertukar cerita dengan teman, ada pula yang bersenda gurau dengan keluarga. Tak hanya para pemuda dan para sesepuh yang menunggu pergantian tahun. Anak-anak yang katanya masih “bau kencurpun” tak mau ketinggalan. Mereka masih terus terjaga meskipun di hari-hari biasanya mereka sudah merajut mimpi indah di kamarnya ditemani selimut hangat. Sayang Si Bapak di seberang sana hanya dapat menahan kantuk sesekali mengusap wajahnya. Si Bapak nampaknya tak dapat ikut menikmati malam ini. Kakinya sibuk mengayuh becak, mengangkut orang-orang yang ingin menikmati malam ini. Riuhnya malam ini tak membuatnya menjadi manusia egois. Yang menjadi tujuannya malam ini hanyalah mencari peruntungan demi keluarga yang setia menunggu di rumah. Sebuah harapan besar yang ada di pundaknya kini ingin segera ia wujudkan. Mungkin malam inilah saatnya.
                Jalan Brigjen Katamso penuh. Penuh sekali. Sebuah keluarga kecil dengan satu motor tua nampak menikmati tahun baru. Ayah, ibu, dan dua anak, laki-laki dan perempuan. Tiba-tiba si anak laki-laki yang kira-kira berumur sembilan tahun turun dari motor. Tadinya si anak dikira ingin pindah tempat ke belakang. Ternyata di luar dugaan, ia justru disuruh mendorong motor. Anehnya si ibu masih aja santai nangkring di motor itu. Tak sedikitpun kepedulian yang tersirat ketika sang anak yang masih begitu kecil berusaha keras mendorong motor dengan 3 orang di atasnya. Banyak orang-orang di sekeliling mereka menatap iba pada si anak. Tapi sang ibu tak mempedulikan. Wajah sang ibu malah nampak begitu sinis. Tak terlihat kelembutan dan kasih sayang di matanya. Sampai di pertigaan jalan, jalan tak lagi sepenuh tadi. Si anakpun berlari dengan sekuat tenaga mendorong motor tua itu. Dan dia akhirnya lenyap dengan keramaian jalan.
                Pergantian tahun semakin dekat. Jalan Paris, Pasar Gabusan, bagai lautan mobil dan motor. Kendaraan-kendaraan itu tak lagi dapat “berlari”. Mereka hanya dapat berjalan selangkah demi langkah. Kembang api mulai mewarnai langit. Diawali kembang api kecil dan ditutup dengan kembang api besar tepat pukul 00:00. Ramai sekali. Terompet terdengar bersautan. Klakson mobil dan motorpun menggema membuat keadaan semakin ramai. Setelah pesta kembang api kecil-kecilan itu selesai, orang-orang mulai meninggalkan Pasar Gabusan. Tampak wajah-wajah lelah dan mengantuk tapi tersirat sebuah kepuasan tersendiri. Dua orang gadis, berdandan menor dengan pakaian supeeer ketat ikut meninggalkan Pasar Gabusan. Segerombolan lelaki yang ada di pinggir jalan tak mau melewatkan kesempatan ini. Mereka menggoda dengan berbagai cara melihat dua orang gadis yang sepertinya memasang untuk digoda. Nampaknya keduanya tidak terganggu namun terlihat bangga atas godaan segerombolan lelaki tersebut. Senyumlah yang justru mengembang di bibir ke duanya.
                Perjalanan pulang nampak lebih sepi. Dua motor dengan dua pasang remaja yang sedang menikmati indahnya “kebebasan” ngebut dengan menyisakan kebisingan. Nampak tak punya norma dan etika. Orang-orang yang marah membunyikan klakson dan berharap dua pasang remaja itu lebih berhati-hati dan menaati peraturan. Namun rupanya mereka seperti tuli seketika. Tahun baru mereka mungkin juga akan terus terkenang apabila kebebasan itu terus berlanjut hingga si perempuan menjadi “berbadan dua”. Ini mungkin mereka sebut hal biasa. Namun sebenarnya ini adalah salah satu penyimpangan sosial.
                Inilah tahun baru penuh pelajaran. Di mana seorang tukang becak yang sibuk bekerja demi sesuap nasi harus melihat iri terhadap para remaja yang tak tahu betapa kerasnya mencari uang. Para remaja tersebut juga menghabiskan waktu dengan sang pacar yang justru memperemuk moral dan etika mereka. Mereka tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan justru akan berakibat buruk nantinya pada diri mereka sendiri, keluarga, dan juga masyarakat. Walaupun sebenarnya banyak kejadian di sekitar mereka yang dapat dijadikan pelajaran penting. Ada satu pelajaran yang dapat diambil dari itu semua. Kebebasan tidaklah selalu baik dan berbuah baik. Justru banyak ditemui bahwa akibat kebebasan tersebut bangsa ini hancur.

TANAH KAMI

Di atas gejolak magma
Tanah tandus penuh mimpi
Terasa begitu nyaman bagi tubuh kami
Sebuah senyum merah di pipi
Tergores indah setiap hari

Di atas gejolak magma
Lautan kedamaian mulai musnah
Lambaian burung enggan mendekat
Lantunan syair hijau lenyap sudah
Langkah kakipun tak lagi lambat

Di atas gejolak magma
Kami berlari mengejar asa
Berbekal bintang bersinar
Yang kami simpan dalam saku berkobar
Kami menutup telinga
Tak mau mendengar deruan setan
Yang menghantui kami di setiap langkah

Di atas gejolak magma
Kami cangcorang dengan kepalan kuat
Berusaha melukis pelangi penuh cahaya
Kami tak takut bertemu Izrail dan kawannya
Meski kami hanya anak bawang
Namun kami kan terus berjuang

Di atas gejolak magma
Kami hirup bau kekerasan
Kami telan permen kepahitan
Kami rekam ketidakadilan
Kami menjadi merah
Kami mulai tak terarah
Kami kembali seperti segumpal tanah 

Marcell Peri Cintaku lyrics

di dalam hati ini hanya satu nama
yang ada di tulus hati ku ingini
kesetiaan yang indah takkan tertandingi
hanyalah dirimu satu peri cintaku
benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai
huuuuuu

aku untuk kamu, kamu untuk aku
namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
tuhan memang satu, kita yang tak sama
haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai
huuuuuu

aku untuk kamu, kamu untuk aku
namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
tuhan memang satu, kita yang tak sama
haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

bukankah cinta anugerah berikan aku kesempatan
tuk menjaganya sepenuh jiwa oooh

(aku untuk kamu, kamu untuk aku
namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda)

tuhan memang satu, kita yang tak sama
haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

(aku untuk kamu, kamu untuk aku
namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda)

tuhan memang satu, kita yang tak sama
haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

*PAS,,, =^_^=