Sabtu, 12 Maret 2011

TAHUN BARU, JOGJA BANGET

               Inilah tahun baru 2011. Jalan Paris yang selalu gemerlap dengan lampu mobil dan motor yang berdesakan seolah melengkapi tahun baru kali ini. Padat merayap. Tapi terlihat seru dan menyenangkan. Semakin ke arah utara semakin ramai dengan sejuta kembang api yang silih berganti bersuara di sana sini. Di pinggir jalan Pak Tua menjajakan kembang api maupun terompet. Lamanya ia menunggu pembeli tak terbalaskan akibat banyak orang tak lagi melirik dagangan mereka. Ia hanya merenung melihat segerombolan anak muda tertawa lepas tanpa beban. Pak Tua hanya terus berdiri tegak sesekali mendekati para pengguna jalan untuk menawarkan dagangannya. Wajahnya yang mulai keriput terlihat penuh beban. Keringat yang terus mengucur hingga membasahi bajunya, menggambarkan betapa kerasnya hidup Pak Tua malam ini.
                Ramainya Jalan Wonosari tak kalah dengan Jalan Paris. Anak muda yang mulai tak karuan menaiki motor membuat jalan semakin riuh. Terlebih lampu di perempatan yang rusak membuat kesalah pahaman antar pengguna jalan. Nyaris seorang pemuda nekat tertabrak mobil. Nampaknya itu tak dijadikan pelajaran untuk pengguna jalan yang lain. Mereka masih saja ngebut tanpa memperdulikan bahaya yang ada di depan mata. Entah mengapa harus saling mengebut padahal jika mau pelan-pelan juga akan sampai di tempat tujuan dan jauh lebih aman. Mungkin mereka memang tak ingin melewatkan malam tahun baru yang sudah lama mereka rencanakan. Namun tidak harus menaruhkan nyawa, bukan?!
                Pukul setengah sebelas, jalan-jalan di Jogja semakin sesak saja. Jembatan Sayidan penuh dengan orang yang menunggu pergantian tahun. Ada yang sibuk berduaan dengan sang pacar, ada yang saling bertukar cerita dengan teman, ada pula yang bersenda gurau dengan keluarga. Tak hanya para pemuda dan para sesepuh yang menunggu pergantian tahun. Anak-anak yang katanya masih “bau kencurpun” tak mau ketinggalan. Mereka masih terus terjaga meskipun di hari-hari biasanya mereka sudah merajut mimpi indah di kamarnya ditemani selimut hangat. Sayang Si Bapak di seberang sana hanya dapat menahan kantuk sesekali mengusap wajahnya. Si Bapak nampaknya tak dapat ikut menikmati malam ini. Kakinya sibuk mengayuh becak, mengangkut orang-orang yang ingin menikmati malam ini. Riuhnya malam ini tak membuatnya menjadi manusia egois. Yang menjadi tujuannya malam ini hanyalah mencari peruntungan demi keluarga yang setia menunggu di rumah. Sebuah harapan besar yang ada di pundaknya kini ingin segera ia wujudkan. Mungkin malam inilah saatnya.
                Jalan Brigjen Katamso penuh. Penuh sekali. Sebuah keluarga kecil dengan satu motor tua nampak menikmati tahun baru. Ayah, ibu, dan dua anak, laki-laki dan perempuan. Tiba-tiba si anak laki-laki yang kira-kira berumur sembilan tahun turun dari motor. Tadinya si anak dikira ingin pindah tempat ke belakang. Ternyata di luar dugaan, ia justru disuruh mendorong motor. Anehnya si ibu masih aja santai nangkring di motor itu. Tak sedikitpun kepedulian yang tersirat ketika sang anak yang masih begitu kecil berusaha keras mendorong motor dengan 3 orang di atasnya. Banyak orang-orang di sekeliling mereka menatap iba pada si anak. Tapi sang ibu tak mempedulikan. Wajah sang ibu malah nampak begitu sinis. Tak terlihat kelembutan dan kasih sayang di matanya. Sampai di pertigaan jalan, jalan tak lagi sepenuh tadi. Si anakpun berlari dengan sekuat tenaga mendorong motor tua itu. Dan dia akhirnya lenyap dengan keramaian jalan.
                Pergantian tahun semakin dekat. Jalan Paris, Pasar Gabusan, bagai lautan mobil dan motor. Kendaraan-kendaraan itu tak lagi dapat “berlari”. Mereka hanya dapat berjalan selangkah demi langkah. Kembang api mulai mewarnai langit. Diawali kembang api kecil dan ditutup dengan kembang api besar tepat pukul 00:00. Ramai sekali. Terompet terdengar bersautan. Klakson mobil dan motorpun menggema membuat keadaan semakin ramai. Setelah pesta kembang api kecil-kecilan itu selesai, orang-orang mulai meninggalkan Pasar Gabusan. Tampak wajah-wajah lelah dan mengantuk tapi tersirat sebuah kepuasan tersendiri. Dua orang gadis, berdandan menor dengan pakaian supeeer ketat ikut meninggalkan Pasar Gabusan. Segerombolan lelaki yang ada di pinggir jalan tak mau melewatkan kesempatan ini. Mereka menggoda dengan berbagai cara melihat dua orang gadis yang sepertinya memasang untuk digoda. Nampaknya keduanya tidak terganggu namun terlihat bangga atas godaan segerombolan lelaki tersebut. Senyumlah yang justru mengembang di bibir ke duanya.
                Perjalanan pulang nampak lebih sepi. Dua motor dengan dua pasang remaja yang sedang menikmati indahnya “kebebasan” ngebut dengan menyisakan kebisingan. Nampak tak punya norma dan etika. Orang-orang yang marah membunyikan klakson dan berharap dua pasang remaja itu lebih berhati-hati dan menaati peraturan. Namun rupanya mereka seperti tuli seketika. Tahun baru mereka mungkin juga akan terus terkenang apabila kebebasan itu terus berlanjut hingga si perempuan menjadi “berbadan dua”. Ini mungkin mereka sebut hal biasa. Namun sebenarnya ini adalah salah satu penyimpangan sosial.
                Inilah tahun baru penuh pelajaran. Di mana seorang tukang becak yang sibuk bekerja demi sesuap nasi harus melihat iri terhadap para remaja yang tak tahu betapa kerasnya mencari uang. Para remaja tersebut juga menghabiskan waktu dengan sang pacar yang justru memperemuk moral dan etika mereka. Mereka tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan justru akan berakibat buruk nantinya pada diri mereka sendiri, keluarga, dan juga masyarakat. Walaupun sebenarnya banyak kejadian di sekitar mereka yang dapat dijadikan pelajaran penting. Ada satu pelajaran yang dapat diambil dari itu semua. Kebebasan tidaklah selalu baik dan berbuah baik. Justru banyak ditemui bahwa akibat kebebasan tersebut bangsa ini hancur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar